Tuesday, April 13, 2010

Kurikulum Berbasis Masyarakat


Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia dalam mempersiapkan kehidupannya yang lebih baik di masa mendatang. Dengan demikian pendidikan bertujuan utnuk mengembangkan kepribaian, sikap dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan pendidikan lebih lanjut. Secara nasional, perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dalam menyikapi penyelenggaraan pendidikan dasar.
Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang menekankan perpaduan antara sekolah dan masyarakat guna mencapai tujuan pengajaran. Kurikulum ini pula memiliki tujuan memberikan kemungkinan kepada siswa untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal, mandiri dan bekal keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat kepada masyarakat ditinjau dari segi pembelajaran baik berorientasi, metode, sumber belajar, strategi pengajaran berpusat pada kepentingan siswa sebagai bekal hidup di masa mendatang. Karakteristik lain dari materi pembelajaran sesuai tuntutan kewilayahan maka disebut juga kurikulum berbasis kewilayahan. Sedangkan kegiatan guru hanyalah sebagai fasilitator belajar dan siswa untuk aktif, kreatif untuk memecahkan permasalahan. Sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan lebih lanjut. Pengembangan kurikulum bertitik tolak dari tujuan pendidikan, analisis kebutuhan, implementasi kurikulum, seleksi strategi pembelajaran, teknik evaluasi dan evaluasi program kurikulum.
Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara membawa sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik (2005) merinci karakteristik kurikulum berbasis pada masyarakat meliputi:
Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat:
1.     Pembelajaran berorientasi pada masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku teks.
2.      Disiplin kelas berdasarkan tanggung jawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan.
3.   Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.
4.   Bentuk hubungan atau kerja sama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber-sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut.
5.     Strategi pembelajaran meliputi karya wisata, manusia (nara sumber), survei masyarakat, berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, kuliah kerja nyata, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah pusat masyarakat.

Selengkapnya download disini :D

Monday, April 12, 2010

Konflik Kakak-Adik


Pertengkaran antar saudara terutama dimasa remaja sudah biasa terjadi, tetapi beberapa konflik bisa memengaruhi rasa saling percaya diantara mereka. Tim peneliti pimpinan Nicole Campione – Barr, asisten professor di Departemen Ilmu Psikologi, Universitas Missauri, AS, mewawancarai dan menyurvey pasangan kakak-adik berusia 8-20 tahun.
Mereka berhasil mengidentifikasi dua jenis konflik yang lazim terjadi antar saudara. “Area konflik pertama yang kami temukan meliputi persoalan ruang pribadi, fisik dan emosi, seperti meminjam barang tanpa  ijindan mengganggu saat saudara lebih tua kedatangan kawan,” ungkap Campione-Barr.
Konflik tersebut menimbulkan tingkat rasa saling percaya dan komunikasi yang rendah. Area konflik kedua, lanjutnya, meliputi soal kesetaraan dan keadilan, seperti saling berbagi tanggungjaawab. “Namun, konflik-konflik ini tidak berdampak terhadap kualitas hubungan.”
Temuan-temuan tersebut dapat membantu orang tua, psikolog, dan mereka yang berhubungan langsung dengan remaja untuk memahami dampak konflik antarsaudara 
(Media Indonesia, April 2010)

Sunday, April 11, 2010

Pengaruh Budaya Dalam Pembentukan Perilaku Sosial


Pada hakikatnya manusia tidak mungkin hidup tanpa keberadaan orang lain karena kodratnya sebagai mahluk sosial (zoon politicon). Kehidupan bersama dengan orang lain tentu dilandasi oleh aturan-aturan tertentu, karena setiap orang tidak dapat berbuat sekehendak hatinya sendiri.
Terdapat kecenderungan bahwa manusia ingin hidup bebas karena kodratya yang lain sebagai mahluk individu, sehingga manusia diciptakan dengan keunikan-keunikan tertentu. Akan tetapi kalau keinginan tersebut dipaksakan akan berbenturan dengan keinginan dan kepentingan pihak lain, akan menimbulkan pertentangan.
Oleh karena itu untuk mencapai keteraturan dan kenyamanan hidup bersama dengan orang lain, manusia menciptakan aturan-aturan yang disepakati bersama tentang apa yang boleh dilakukan, apa yang harus dilakukan, apa yang sebaiknya dilakukan, atau apa yang jelas-jelas merupakan larangan dalam kehidupan bersama.
Sejak manusia dilahirkan adat dan kebudayaan menanamkan kepadanya tata nilai melalui orang tua, kakak, anggota kerabat, tetangga, teman ataupun masyarakatnya. Melalui proses sosialisasi dan enkulturasi (pembudayaan). Orang mewarisi tata nilai masyarakatnya.
Manusia menjadikan nilai sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam segalatingkahlaku dan perbuatan. Dalam pelaksanaannya nilai-nilai dijabarkan dan diwujudkan dalam bentuk kaidah atau norma sehingga merupakan larangan, hal yang tidak diinginkan, celaan dan lain sebagainya.
Nilai-nilai yang ditanamkan pada seseorang oleh lingkungannya akan membentuk cara ia memandang lingkungannya dan bersikap dalam bidup. Kebiasaan dengan nilai-nilai itu pada akhirnya akan menumbuhkan tabiat, karena dengan tata nilai itulah pandangan dan sikapnya akan dikendalikan.
Tabiat akan memancarkan tindakan dan perbuatan melalui kemauan. Dengan kemauan yang kuat perilaku dan tindakan seseorang akan membentuk cara hidup. Cara hidup orang perorangan bila kemudian menjadi cara hidup sekelompok masyarakat akan membentuk kebudayaan.
Sehingga yang membentuk kebudayaan adalah tatanilai yang dianut seseorang. Bila tata nilai yang dianut berbeda sehingga berbeda pula pandangan hidupnya, sikap hidup, cita-cita, tingkahlaku atau perbuatan, maka akan beda pula kebudayaannya.

selengkapnya download disini gratis :D